irfa Miswanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Revisi Menjadikan Naskah Semakin Berdaging

Tantangan Menulis Hari Ke- 126

Selasa, 14 Juli 2020

#Tantangangurusiana

****

Semalam kembali Coach berbagi ilmu yang luar biasa. Walaupun terkesan santai tetapi isinya daging semua. Di tambah lagi menghadirkan pengalaman Mbak Esti membuat semangat yang timbul tenggelam ini kembali hadir dan bertekad untuk memulai, setelah beberapa waktu sempat jalan di tempat karena kesibukan yang semakin padat merayap.

Teringat waktu pertemuan yang sebelumnya dengan coach, waktu itu saya mengemukan beberapa alasan tentang kenapa naskah saya tidak selesai. Coach mengatakan, terus saja ternak alasan kalau kamu ingin tidak sukses. Jangan manja, asah terus kemampuan sampai akhirnya bisa menjadi penulis laris. Semenjak saat itu saya tidak berani mengemukakan alasan karena alasan itu akan hilang dengan sendirinya, jika di lawan dengan niat yang ikhlas untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Lagi- lagi coach mengajarkan kepada saya akan arti tanggung jawab, jika sudah melangkah ingin menyelesaikan sesuatu, kita harus berusaha untuk menuntaskannya.

.

Semalam grup agak sepi, mungkin kesibukan awal tahun pelajaran baru membuat fisik dan pikiran sedikit lelah. Sibuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pembelajaran secara tatap muka, daring maupun luring. Mbak Mar sempat hadir untuk meminta izin karena beliau sakit. Semoga Mbak Mar cepat sehat dan dilancarkan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.

“Ah, kapan cerita tentang materi revisinya, Irfa.” kata laptop yang sedari tadi menatapku dengan mata tak berkedip.

“Kamu nggak sabaran amat, sih.” sambil terus mengetik tanpa menoleh sedikitpun ke layarnya.

Semalam itu berawal dari pertanyaan Coach ke Mbak Esti, tentang naskahnya, sembari menunggu teman- teman datang.

“Kapan naik cetak?” kata Coach kepada Mbak Esti”

“Ini masih menunggu beberapa endorse. Ada satu endorse incaran saya, Kepala RS TNI AU di Biak. Sudah bersedia, tetapi karena kesibukan beliau belum sempat.” kata Mbak Esti.

Mendengarkan penjelasan Mbak Esti, Coach menganguk-ngangguk tanda paham. Sekali- kali mengelus tanganya yang sakit. Mbak Esti melanjutkan penjelasannya kalau novelnya sedikit banyak bicara tentang pertentangan antara aparat keamanan dan mahasiswa waktu itu. Dia ingin tahu dari sudut pandang TNI.

“Baiklah sahabat semua, Saya akan cerita sedikit tentang revisi.” Kata coach sambil menggeser tempat duduknya. Dan tidak lama kemudian coach melontarkan pertanyaan kepada Mbak Esti, tentang pendapatnya ketika dipaksa merevisi kembali naskahnya. Dengan yakin Mbak Esti menjawab, “Otomatis saya terpicu untuk memeras otak membuat tulisan saya lebih berdaging, tidak cuma sekedar lezat memikat.”

“Nah, ini. Revisi itu menjadikan tulisan lebih berdaging.” kata Coach sambil memandangi kami satu persatu.

Kemudian Mbak Esti melanjutkan penjelasannya, “Naskah novel 98 sebenarnya mulai aku tulis tahun lalu. Hampir setahun malahan. Lama ya? Emang! Awalnya aku cukup pede dengan naskahku. Rasanya sudah yang paling 'uwu' dan mengharu biru. Tapi setelah beberapa kali ikut kelas JW baik off maupun online, mendadak aku jadi eneg sama naskahku sendiri. Berasa lebay melambai. Kurang greget dan tak berdaging. Dengan kesadaran dan keikhlasan penuh, naskahku yg sudah 50an halaman itu kurombak total. Kubuat paragraf-paragrafnya lebih memikat. Kuselipkan diksi-diksi lezat. Kupoles dengan opening dan closing menarik. Dalam rentang waktu perbaikan naskah, aku sering mengikuti kulwa di JW. Bukan hanya tentang kepenulisan, tapi juga tentang penyembuhan jiwa dan ilmu kehidupan.” kata Mbak Esti.

Semua dari kami belum ada yang berbicara, dan bertanya karena pengalaman yang disampaikan mbak Esti itu adalah pembelajaran bagi kami dalam menyelesaikan naskah. Bahwa naskah itu perlu di revisi, jangan hanya terpaku kepada ilmu kepenulisan, paragraf memikat, diksi lezat, alur, konflik, dialog, opening, closing menarik. Tetapi ada baiknya kita pergemuk naskah kita dengan menambahkan daging. Supaya lebih bermanfaat bagi pembaca

Mendengarkan ulasan dari Mbak Esti, Saya mempunyai tekad mengikuti jejak Mbak Esti. Akan merevisi naskah novel yang sudah selesai sebanyak 140 halaman, karena saya belum puas dengan hasilnya. Mbak Esti saja bisa sabar menunggu setahun demi sebuah tulisan yang memikat. Kenapa saya harus berhenti ketika baru sampai dua bulan?

Lagi-lagi malam ini, Mbak Juroha bikin aku salut, ide menulisnya mengalir deras, di balik kesibukan, dia menulis novel sudah 120 halaman, itu baru separoh. Jangan-jangan setelah ini langsung dua novel lahir dalam waktu bersamaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Siiip... Pengen ikut kelas JW jadinya bunda... Bolehkah?

14 Jul
Balas

Kereen Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

14 Jul
Balas



search

New Post